skorsepakbola – Manchester United dan Tottenham Hotspur telah lama menjadi rival yang menarik di kancah Premier League. Kedua tim memiliki gaya permainan berbeda, kekuatan masing-masing, dan sejarah pertemuan yang tak pernah sepi drama. Namun dalam beberapa musim terakhir, Tottenham kerap tampil dominan, membuat Manchester United kewalahan. Di tengah situasi ini, muncul suara dari legenda hidup Setan Merah: Paul Scholes. Ia membeberkan sebuah formula rahasia—strategi yang menurutnya akan mengantarkan Manchester United untuk menghancurkan Tottenham di pertemuan berikutnya.
Apa sebenarnya isi formula tersebut? Apakah realistis diterapkan oleh Erik ten Hag di lapangan? Mari kita ulas secara mendalam.
Matikan Poros Tengah Tottenham – Jangan Biarkan Bissouma dan Bentancur Menguasai Lini Tengah
Menurut Scholes, satu hal yang membuat Tottenham begitu efektif adalah kontrol lini tengah yang agresif dan dinamis. Pemain seperti Yves Bissouma dan Rodrigo Bentancur memainkan peran vital dalam membangun serangan dan melindungi pertahanan.
“MU sering membiarkan Tottenham mengatur tempo dari tengah. Ini kesalahan. Kita harus langsung menekan porosnya, jangan beri mereka waktu untuk berpikir,” ujar Scholes dalam wawancara dengan MUTV.
Solusinya? Duet Kobbie Mainoo dan Casemiro atau bahkan memasukkan Scott McTominay sebagai breaker murni. Scholes menyarankan agar MU menurunkan gelandang yang tidak hanya bisa merebut bola, tetapi juga mampu melepas umpan vertikal cepat untuk memecah blok pertahanan lawan.
Eksploitasi Sisi Kanan Tottenham yang Rapuh
Paul Scholes secara spesifik menyoroti kelemahan Tottenham di sektor kanan pertahanannya. Jika Pedro Porro bermain terlalu ofensif, maka akan muncul celah besar di belakang yang bisa dimanfaatkan.
“Kalau Rashford bisa switch ke kanan atau Garnacho ditugaskan menusuk dari kiri ke sisi Porro, maka ruang terbuka akan jadi senjata utama. Umpan diagonal dari Bruno bisa sangat mematikan,” jelas Scholes.
Ia bahkan menyebutkan bahwa peran Diogo Dalot dalam overlapping bisa menjadi senjata tambahan. MU diminta untuk lebih sering melakukan rotasi posisi sayap dan melepaskan bola cepat ke sisi itu sebelum Tottenham sempat melakukan transisi ke bertahan.
Peran Bruno Fernandes Sebagai ‘False 10’
Bruno Fernandes dikenal sebagai pemain kreatif, tapi kadang terlalu bebas hingga keluar dari zona efektif. Scholes menyarankan agar Bruno fokus di zona 14—area di luar kotak penalti yang jadi ruang tembak ideal dan tempat lahirnya assist.
“Saya ingin melihat Bruno bermain sebagai otak serangan sejati. Jangan terlalu ke sayap. Fokus di tengah, tarik bek lawan keluar, dan lepaskan bola cepat ke striker,” tegasnya.
Bruno bisa menjadi “pemancing perhatian” bek tengah Spurs. Jika berhasil menarik satu bek keluar dari zona, itu akan membuka ruang besar bagi striker seperti Rasmus Højlund atau bahkan McTominay yang menyusul dari lini kedua.
Baca Juga :
- Barcelona Kuasai Sepak Bola Spanyol: Gelar Ganda Tim Pria dan Wanita
- Usai Gagal Juara, Di Maria Konfirmasi Bakal Tinggalkan Benfica
Pressing Tinggi – Tekan dari Menit Pertama
Scholes sangat percaya bahwa kunci utama untuk melumpuhkan Tottenham adalah pressing tinggi sejak awal laga. Ia menyoroti kelemahan kiper Spurs dalam membangun serangan dari belakang saat ditekan.
“Ange Postecoglou (pelatih Tottenham) ingin timnya membangun dari bawah. Tapi jika kita menyerang garis pertama mereka dengan Rashford, Garnacho, dan Bruno, mereka bisa kehilangan bola di area berbahaya,” kata Scholes.
Scholes menyarankan skema pressing berbentuk 4-2-3-1 yang berubah menjadi 4-3-3 saat menekan, dengan gelandang ikut naik menutup ruang operan vertikal. Keuntungan dari strategi ini adalah memaksa Tottenham melakukan umpan panjang, yang bisa di menangkan oleh bek tengah United seperti Lisandro Martinez.
Ketenangan dalam Menghadapi Serangan Balik
Salah satu kekuatan utama Tottenham adalah kecepatan transisi. Dengan Son Heung-min sebagai senjata utama, satu kesalahan bisa langsung berujung gol.
Scholes menyarankan agar MU tidak terlalu “overcommit” saat menyerang. Bek kiri dan kanan harus disiplin menjaga posisi, dan gelandang bertahan harus tetap menjadi jangkar, bukan ikut maju terlalu jauh.
“Jangan ulangi kesalahan saat lawan Spurs dulu—semua maju, lalu kena counter. Harus ada penyeimbang di tengah,” tegasnya.
Artinya, Casemiro atau pemain sejenisnya harus tetap berada di depan bek tengah dan siap menyapu bola atau memotong jalur umpan saat Tottenham mencoba melakukan serangan balik cepat.
Gunakan Bola Mati Sebagai Senjata
Paul Scholes juga menekankan pentingnya bola mati. Dengan kehadiran pemain tinggi seperti Varane, Maguire, dan Højlund, MU bisa unggul dalam duel udara.
“Spurs cukup buruk dalam bertahan dari set-piece. Ini peluang besar. Kita butuh eksekutor bola mati yang lebih akurat, dan pemain yang tahu bagaimana menyerang bola,” katanya.
Ia menyoroti bahwa banyak gol Tottenham musim ini terjadi karena gagal mengawal pemain di tiang jauh atau kalah duel udara. Menurut Scholes, ini adalah “peluang emas” yang harus di manfaatkan penuh oleh MU.
Psikologi dan Momentum
Terakhir, Scholes menekankan pentingnya aspek psikologis. Tottenham di kenal mudah goyah ketika tertinggal. Jika MU bisa mencetak gol lebih dulu dan menjaga tempo permainan, maka Spurs cenderung kehilangan arah.
“Gol cepat bisa mematikan mental mereka. Jangan biarkan mereka nyaman di 15 menit pertama,” jelas Scholes.
Artinya, sejak awal laga MU harus tampil agresif dan fokus, tidak membiarkan Tottenham merasa mereka bisa mengontrol pertandingan.
Strategi “7 Pilar” Ala Scholes
Jika di sarikan, formula rahasia Paul Scholes untuk mengalahkan Tottenham terdiri dari:
- Tekan dan lumpuhkan lini tengah Spurs
- Eksploitasi kelemahan sisi kanan
- Gunakan Bruno sebagai otak serangan
- Lakukan pressing tinggi sejak awal
- Waspadai serangan balik cepat
- Maksimalkan bola mati
- Bangun momentum lewat gol cepat dan tekanan psikologis
Apakah Erik ten Hag akan mendengarkan saran ini? Entahlah. Namun satu hal pasti: masukan dari legenda seperti Scholes tidak bisa di anggap remeh. Dengan pendekatan taktis dan psikologis yang matang, Manchester United bisa kembali menjadi mimpi buruk bagi Tottenham Hotspur.