Gejolak di Manchester United: Drama Rúben Amorim yang Nyaris Mundur

Gejolak di Manchester United: Drama Rúben Amorim yang Nyaris Mundur

skorsepakbola – Manchester United sekali lagi menjadi pusat perhatian dunia sepak bola — bukan karena kemenangan besar atau transfer sensasional, melainkan karena kabar mengejutkan soal manajer anyar mereka, Rúben Amorim, yang dikabarkan nyaris mengundurkan diri hanya beberapa pekan setelah resmi ditunjuk. Isu yang mencuat dari ruang ganti Old Trafford ini menimbulkan banyak spekulasi, mulai dari konflik internal, kendala struktur klub, hingga perbedaan visi antara pelatih dan manajemen.

VIDEO: Ruben Amorim's weird methods! Man Utd boss watches training from  '150 metres' away | Goal.com India

Apakah ini sekadar gosip yang dibesar-besarkan media, atau justru tanda awal dari masalah serius dalam fondasi Manchester United saat ini?

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam bagaimana drama ini bermula, apa penyebab utama gejolak tersebut, siapa saja yang terlibat, serta apa dampaknya terhadap masa depan MU dan pelatih muda asal Portugal itu sendiri.

Awal Cerita: Ekspektasi Tinggi untuk Era Amorim

Setelah pemecatan Erik ten Hag pasca musim 2024/2025 yang berakhir tanpa trofi dan dengan posisi liga mengecewakan, manajemen Manchester United melakukan langkah besar dengan menunjuk Rúben Amorim sebagai manajer baru. Pelatih muda yang sukses besar di Sporting CP dan sempat diincar oleh beberapa klub top Eropa ini dianggap sebagai nafas baru untuk klub yang kelelahan dalam krisis identitas.

Amorim datang dengan reputasi sebagai pelatih visioner: disiplin taktik tinggi, pengembangan pemain muda, serta karakter kepemimpinan yang kuat. Ia digadang-gadang sebagai “versi upgrade” dari proyek Ole Gunnar Solskjaer — pelatih yang tahu bagaimana membangun proyek jangka panjang, tapi dengan pendekatan lebih modern dan terstruktur.

Namun sayangnya, bulan madu antara Amorim dan United tampaknya tidak bertahan lama.

Titik Awal Gejolak: Ketegangan di Balik Layar

Menurut laporan dari media Inggris seperti The Athletic dan Daily Mail, ketegangan mulai muncul bahkan sebelum Amorim memimpin sesi latihan resmi pertamanya. Salah satu sumber menyebut bahwa sang pelatih mulai frustrasi karena beberapa janji awal yang di berikan manajemen klub tidak kunjung terealisasi.

Beberapa isu yang mencuat antara lain:

  • Keterlambatan dalam Struktur Klub

Amorim datang dengan harapan akan bekerja dalam struktur modern yang menjamin kontrol pelatih atas proyek sepak bola, seperti yang ia nikmati di Sporting. Namun kenyataannya, penunjukan direktur olahraga dan kepala rekrutmen masih belum final saat ia tiba. Koordinasi buruk ini membuat Amorim merasa “bekerja dalam kekacauan yang belum selesai.”

  • Ketidaksesuaian Visi Transfer

Amorim di kabarkan mengajukan daftar pemain incaran — nama-nama seperti Gonçalo Inácio, Pedro Gonçalves, dan Viktor Gyökeres masuk dalam radar. Namun, manajemen di sebutkan lebih tertarik pada target yang bersifat komersial dan nama besar, seperti Matthijs de Ligt dan Jadon Sancho (yang rencananya akan di kembalikan ke skuad utama).

Ketegangan muncul ketika Amorim merasa permintaan teknisnya tidak di hargai, dan bahwa MU masih terjebak dalam pola lama: membeli nama besar alih-alih pemain yang cocok dengan sistem.

Baca Juga :

Reaksi Amorim: Tegas, Bukan Emosional

Rúben Amorim di kenal sebagai pelatih yang lugas, profesional, namun juga sangat tegas dalam memegang prinsip. Di Sporting, ia tidak segan mencoret pemain senior jika mereka tidak sesuai dengan nilai tim. Hal serupa mulai tampak di MU.

Kabarnya, dalam sebuah pertemuan tertutup menyampaikan dengan jelas bahwa jika struktur kerja dan kebebasan taktisnya tidak di hormati, ia siap mundur.

Pernyataan itu bukan ancaman emosional, tapi lebih pada sinyal serius bahwa ia tidak akan mengorbankan prinsipnya demi jabatan besar. Ia lebih memilih mundur secara terhormat daripada terjebak dalam proyek yang tidak konsisten.

Ruang Ganti yang “Berisik”

Satu lagi faktor yang memperkeruh suasana adalah ketegangan di ruang ganti. Beberapa pemain senior yang masih bertahan — termasuk nama-nama seperti Marcus Rashford dan Bruno Fernandes — di kabarkan mulai mempertanyakan pendekatan keras Amorim, terutama terhadap disiplin dan kebugaran pemain.

Beberapa pemain tidak nyaman dengan sistem rotasi dan metode latihan intens yang di terapkan Amorim. Di sisi lain, sang pelatih merasa bahwa kebiasaan santai dan sikap bintang beberapa pemain United adalah penghambat utama kemajuan klub.

Amorim di sebutkan mulai membentuk “inti baru” di ruang ganti dengan memprioritaskan pemain-pemain muda seperti Kobbie Mainoo, Alejandro Garnacho, dan Rasmus Højlund sebagai fondasi utama proyeknya.

Campur Tangan Sir Jim Ratcliffe dan INEOS

Masuknya INEOS sebagai pemilik minoritas dengan kekuasaan struktural atas aspek olahraga memberi angin segar — namun juga menciptakan dualisme kekuasaan. Sir Jim Ratcliffe dan direktur sepak bolanya. Sir Dave Brailsford, memiliki visi jangka panjang, tapi masih menavigasi sistem warisan lama Old Trafford.

Ketika mendengar kabar bahwa Amorim mulai mempertimbangkan untuk mundur. Ratcliffe langsung turun tangan, menggelar pertemuan darurat dengan pelatih asal Portugal tersebut. Sumber internal menyebutkan bahwa pertemuan itu berlangsung positif dan meyakinkan untuk bertahan dan memberi waktu pada proses rekonstruksi klub.

Ratcliffe bahkan di laporkan setuju untuk menyerahkan lebih banyak kontrol teknis kepada Amorim, serta mempercepat penunjukan direktur olahraga permanen.

Respons Publik dan Media: Dukung Amorim atau Salahkan Klub?

Ketika kabar ini bocor ke media, reaksi publik pun terbagi. Banyak penggemar Manchester United yang mendukung Amorim. Menilai bahwa sang pelatih datang dengan visi kuat dan keberanian untuk merombak sistem yang selama ini mandek.

Tagar seperti #BackAmorim dan #TrustTheProcess sempat menjadi trending di media sosial. Banyak yang merasa bahwa klub harus memberi kebebasan penuh jika ingin proyek ini sukses.

Namun, sebagian kalangan media menyoroti pendekatan Amorim yang terlalu keras di awal. Mereka mempertanyakan apakah pelatih yang belum pernah menangani klub sekelas MU mampu menghadapi tekanan dan ekspektasi besar Old Trafford.

Dr. Arjuna Pratama memulai karirnya sebagai penulis sejak masih di bangku kuliah. Dengan gaya penulisan yang memadukan keindahan bahasa dan kedalaman emosi, karya-karyanya selalu berhasil menyentuh hati para pembaca.