skorsepakbola – Ada-ada aja ceritanya dunia bola! AS Roma harus menelan pil pahit saat menjamu Lille di kandang sendiri, Stadio Olimpico, dalam laga Liga Europa. Nggak cuma kalah tipis 0-1, Jumat (3/10/2025) dini hari WIB, tapi cara kalahnya itu lho yang bikin geleng-geleng kepala.

Bayangin aja, Giallorossi dapat kesempatan emas dari titik penalti, tapi gagal sampai tiga kali berturut-turut dalam satu momen! Kejadian super langka ini sontak membuat pelatih mereka, Gian Piero Gasperini, syok berat. Dia mengaku seumur hidupnya melatih, baru kali ini menemukan kejadian aneh seperti ini.
Meski begitu, Gasperini menolak untuk galau kelamaan. Dia justru salut dengan semangat juang anak asuhnya yang tidak kendor sampai wasit meniup peluit akhir.
Drama Penalti yang Bikin Nggak Habis Pikir
Stadion Olimpico menjadi saksi bisu drama komedi-tragedi tadi malam. AS Roma punya peluang emas untuk unggul atau setidaknya menyamakan kedudukan lewat titik putih. Tapi, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar nalar.
Kesempatan itu malah berubah jadi mimpi buruk. Dua eksekutor andalan, Artem Dovbyk dan Matias Soule, maju satu per satu. Apesnya, kiper Lille, Erdem Ozer, yang tampil kesetanan, berhasil mementahkan semua tendangan mereka. Gasperini pun mengakui kalau momen “unik” ini sukses merusak hasil akhir buat timnya.
“Itu kejadian yang hampir unik dan tidak disengaja. Tapi ya gimana, itu terjadi dan jelas merusak hasil akhir kami,” kata Gasperini kepada TuttoMercatoWeb.
Gasperini: “Seumur Hidup Saya, Belum Pernah!”
Sang pelatih tidak bisa menutupi rasa kagetnya. Baginya, ini adalah pengalaman pertama yang benar-benar baru dan sulit dipercaya. Selain drama penalti, dia juga menyoroti bagaimana Arnar Haraldsson mencetak gol cepat untuk Lille, yang membuat permainan jadi lebih sulit buat Roma.
“Seumur hidup saya melatih, baru kali ini ada kejadian gagal tiga penalti dalam situasi yang sama. Ditambah lagi Lille membobol gawang kami duluan, yang membuat kondisi mereka jadi lebih enak buat main,” ungkapnya.
Yang Bikin Nyesek, Algojonya Jagoan Semua
Kegagalan ini terasa makin ironis kalau kita lihat siapa eksekutornya. Banyak orang mengenal Artem Dovbyk, saat masih di Girona, sebagai penendang penalti yang sangat dingin dan punya rekor konversi gol di atas 90%. Begitu juga dengan Matias Soule, yang musim lalu menjadi eksekutor utama di Frosinone. Artinya, Gasperini sudah menunjuk dua orang terbaiknya, tapi nasib berkata lain. Ini bukan soal penendang yang jelek, tapi murni malamnya kiper lawan.
Di Balik Apesnya Roma, Ada Pahlawan Bernama Ozer
Kalau fans Roma lagi nangis, fans Lille pasti lagi memuji-muji kiper mereka, Erdem Ozer. Kiper asal Turki ini sejatinya bukan pilihan utama di bawah mistar gawang Lille. Namun, penampilannya malam itu benar-benar kelas dunia. Mementahkan dua penalti secara beruntun dalam tekanan tinggi di kandang lawan adalah sesuatu yang luar biasa. Malam itu, Ozer sukses mencuri panggung dan menjadi pahlawan kemenangan timnya.
Sejarah Terulang? Mengingat Tragedi Martin Palermo
Kejadian langka gagal tiga penalti ini langsung mengingatkan para pecinta bola pada tragedi yang pernah menimpa striker legendaris Argentina, Martin Palermo. Pada Copa America 1999, Palermo gagal mengeksekusi TIGA penalti dalam SATU pertandingan melawan Kolombia. Insiden itu menjadi salah satu momen paling ikonik sekaligus tragis dalam sejarah sepak bola. Kini, AS Roma merasakan “kutukan” serupa, meski dalam satu rangkaian momen yang lebih singkat.
Posisi di Klasemen Jadi Gawat
Kekalahan menyakitkan ini bukan cuma soal malu di kandang sendiri. Akibatnya, kekalahan ini mengancam posisi AS Roma di klasemen grup Liga Europa. Tiga poin yang hilang ini membuat mereka harus bekerja ekstra keras di sisa pertandingan grup. Persaingan untuk lolos ke babak selanjutnya menjadi makin ketat dan Roma tidak punya banyak ruang lagi untuk membuat kesalahan.
Nolak Galau, Coba Ambil Sisi Positif
Di tengah kekecewaan, Gasperini mencoba tetap tegar dan mencari hal baik dari permainan timnya. Dia memuji cara timnya terus menyerang tanpa henti di babak kedua dan menunjukkan intensitas yang pas saat melawan tim sekelas Lille yang isinya pemain cepat dan jago teknik.
“Tentu kami harus lebih sedikit bikin kesalahan, tapi saya juga harus lihat hal-hal yang baik. Ini kan kompetisi grup, ada delapan pertandingan, bukan sistem gugur,” tegasnya.
Gasperini memastikan mental timnya tidak akan jatuh. Menurutnya, kesalahan itu wajar dalam olahraga. Untungnya, Roma akan bermain lagi dalam tiga hari ke depan, jadi bisa cepat-cepat move on. Soal kondisi Paulo Dybala, sepertinya kabar buruk. Gasperini mengisyaratkan kalau Dybala masih butuh waktu cukup lama untuk bisa pulih.