skorsepakbola – Kekalahan menyakitkan Timnas Indonesia dari Jepang dengan skor telak 0-5 di laga terakhir Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran kedua menjadi pukulan keras bagi sepak bola nasional. Bertanding di Stadion Nissan, Yokohama, skuad Garuda tidak kuasa menahan dominasi Samurai Biru yang tampil agresif dan efisien sejak menit awal.
Namun dari kekalahan ini, muncul tekad baru. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, angkat bicara dengan nada tegas dan penuh keprihatinan. Ia menegaskan bahwa hasil tersebut harus menjadi cermin besar bagi semua pihak dan menjadi momentum untuk membenahi segala aspek dalam pembinaan serta performa Timnas Indonesia ke depan.
Pernyataan Tegas Erick Thohir: “Kami Harus Berbenah”
Dalam konferensi pers usai pertandingan, Erick Thohir tidak menutup-nutupi kekecewaannya atas kekalahan telak tersebut. Namun, ia tidak terpaku pada hasil negatif semata, melainkan mendorong adanya evaluasi menyeluruh demi perbaikan jangka panjang.
“Kami tidak bisa menutup mata, kekalahan ini menyakitkan. Tapi ini bukan akhir. Justru ini harus menjadi awal dari pembenahan yang lebih serius, lebih menyeluruh. Kita ingin Timnas Indonesia bersaing, bukan sekadar jadi pelengkap,” tegas Erick Thohir.
Ia juga menekankan pentingnya melihat kekalahan bukan sebagai bencana, melainkan sebagai alarm keras untuk mengubah pola kerja yang selama ini stagnan. Menurutnya, Jepang adalah contoh konkret bagaimana sepak bola harus dibangun dari dasar yang kuat: sistem pembinaan usia dini, manajemen klub yang sehat, dan kompetisi yang terstruktur.
Evaluasi terhadap Kualitas dan Mental Pemain
Erick Thohir tidak hanya bicara dari sisi federasi, tetapi juga memberikan sorotan terhadap mentalitas dan kesiapan pemain. Menurutnya, dari laga kontra Jepang terlihat jelas bahwa pemain Indonesia belum siap bersaing di level tertinggi Asia.
“Kita punya pemain muda dengan potensi besar, tapi itu saja tidak cukup. Dibutuhkan mental bertanding yang kuat, disiplin tinggi, dan konsistensi. Jepang tampil seperti tim Piala Dunia, kita masih seperti tim yang baru belajar,” ujarnya.
Pernyataan tersebut mencerminkan pemahaman bahwa selain sisi teknis dan taktis, aspek psikologis dan mental menjadi pekerjaan rumah besar. Beberapa pemain muda seperti Rafael Struick, Ivar Jenner, hingga Justin Hubner menunjukkan potensi, namun terlihat gugup dan tertekan ketika menghadapi intensitas permainan Jepang yang luar biasa cepat.
Sorotan terhadap Program Naturalisasi
Kekalahan dari Jepang juga memunculkan perdebatan publik tentang kebijakan naturalisasi. Banyak pihak mempertanyakan efektivitasnya, terutama karena sebagian besar pemain naturalisasi baru belum memiliki chemistry yang solid dengan tim, dan bahkan belum beradaptasi penuh dengan iklim sepak bola Indonesia.
Erick Thohir merespons dengan bijak:
“Naturalisasi bukan solusi instan. Ini bagian dari strategi jangka menengah. Tapi kami tidak bisa mengandalkan itu saja. Pembinaan usia dini, kompetisi lokal yang berkualitas, dan edukasi pelatih lokal tetap yang utama.”
Ia menegaskan bahwa proses naturalisasi ke depan akan lebih selektif, dengan fokus pada pemain yang memang punya kualitas tinggi dan komitmen kuat terhadap Garuda. Erick menyebut PSSI tidak ingin lagi asal naturalisasi, melainkan merekrut pemain yang sesuai kebutuhan dan bisa langsung berdampak.
Baca Juga :
- Carvajal dan Militao Ikut ke Piala Dunia Antarklub, Tapi Real Madrid Punya Rencana Lain
- Real Madrid Kunci Transfer ‘Phil Foden nya Argentina’: Claudio Echeverri, Proyek Galáctico Baru di Bernabéu
Langkah Konkret Erick Thohir: Pembenahan Menyeluruh
Bicara soal langkah nyata, Erick Thohir memaparkan sejumlah agenda penting yang akan segera dilakukan:
- Evaluasi Kinerja Pelatih dan Tim Teknis
Walau tidak secara langsung menyebut nama Shin Tae-yong, Erick Thohir mengisyaratkan bahwa semua elemen tim nasional akan dievaluasi, termasuk pelatih, staf, dan sistem pendukungnya.
“Kita akan duduk bersama. Apa yang sudah baik, kita lanjutkan. Yang belum, kita perbaiki. Tidak ada posisi yang aman kalau memang tidak memberikan hasil,” tegasnya.
- Fokus pada Pembangunan Akademi dan Sentra Latihan
PSSI sedang mempercepat pembangunan pusat pelatihan nasional di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan berbagai sentra latihan regional. Erick Thohir menilai bahwa tanpa infrastruktur latihan modern, sulit bagi Indonesia untuk mencetak pemain berkualitas secara konsisten.
- Perbaikan Kompetisi Usia Muda
Kompetisi U-17, U-20, hingga Elite Pro Academy akan direstrukturisasi agar lebih kompetitif dan merata. Erick Thohir ingin pemain muda mendapatkan jam terbang yang berkualitas dan pelatih mereka memiliki lisensi serta kapasitas memadai.
- Meningkatkan Jumlah Pelatih Bersertifikasi Internasional
Program edukasi pelatih juga menjadi perhatian. Erick Thohir menyebut bahwa Jepang bisa unggul karena memiliki ribuan pelatih dengan lisensi AFC dan UEFA. Indonesia akan menambah investasi dalam pendidikan pelatih, termasuk mendatangkan instruktur dari luar negeri.
- Mendorong Klub untuk Aktif dalam Pengembangan Pemain Lokal
Erick Thohir juga mengajak klub-klub Liga 1 dan Liga 2 untuk terlibat aktif dalam pengembangan pemain muda, bukan sekadar mengejar gelar juara. Ia membuka peluang insentif bagi klub yang konsisten memberi menit bermain kepada pemain lokal muda.
Reaksi Publik dan Media: Harapan Baru atau Janji Lama?
Langkah-langkah yang diungkap Erick Thohir mendapat respons beragam. Sebagian besar publik sepak bola Indonesia menyambut positif niat pembenahan itu. Namun, tak sedikit pula yang skeptis, mengingat banyaknya janji reformasi yang tak berujung hasil dalam sejarah panjang sepak bola nasional.
Di media sosial, perbincangan soal kekalahan dari Jepang dan pernyataan Erick Thohir menjadi trending. Banyak yang menilai bahwa Erick Thohir adalah satu dari sedikit tokoh sepak bola yang berani terbuka dan bertanggung jawab.
Analis sepak bola nasional, seperti Bung Towel dan Pangeran Siahaan, menyebut bahwa ketegasan Erick Thohir adalah angin segar. Namun, realisasi di lapangan akan menjadi tolak ukur sesungguhnya.
“Langkah Erick Thohir bagus. Tapi sepak bola kita butuh sistem, bukan sekadar motivasi. Kalau langkahnya konsisten, saya yakin hasilnya akan datang,” ujar Bung Towel di salah satu siaran podcast olahraga.
Dampak Kekalahan Jepang: Bukan Akhir, Tapi Titik Balik
Walau hasil 0-5 terasa pahit, laga kontra Jepang bisa menjadi titik balik bagi Timnas Indonesia jika ditanggapi dengan cara yang benar. Melihat perbedaan kualitas, semua pihak bisa menyadari betapa jauhnya level tertinggi Asia dari posisi Indonesia saat ini.
Namun bukan berarti tak bisa menyusul. Jepang pun membangun dari bawah sejak dekade 1990-an. Butuh waktu, konsistensi, dan kepemimpinan yang tidak mudah goyah.
Erick Thohir menyebut bahwa target utama Indonesia adalah lolos ke Piala Dunia 2034, dan untuk itu, fondasi harus dibangun sejak sekarang.
“Kita jangan buru-buru ingin hasil instan. Lolos ke Piala Dunia itu proses. Tapi kalau kita mulai sekarang, lima sampai sembilan tahun ke depan kita bisa sejajar dengan negara besar Asia lainnya.”
Harapan Baru di Tengah Kekalahan
Kekalahan dari Jepang bisa saja membuat publik kecewa dan pesimis. Tapi sikap terbuka dan penuh tanggung jawab dari Erick Thohir menjadi sinyal bahwa PSSI tidak ingin tinggal diam. Justru dari titik rendah ini, pembenahan harus dimulai secara menyeluruh dan menyentuh akar masalah.
Dengan komitmen pada pembinaan usia dini, edukasi pelatih, seleksi naturalisasi yang ketat, serta kompetisi yang sehat, masa depan sepak bola Indonesia tetap punya harapan. Syaratnya: konsistensi, transparansi, dan keberanian mengeksekusi rencana besar itu secara berkelanjutan.
Seperti kata pepatah, “Terkadang kita harus jatuh untuk bisa bangkit lebih tinggi.” Dan semoga kekalahan di Yokohama menjadi jatuh terakhir sebelum Timnas Indonesia benar-benar terbang tinggi di pentas Asia dan dunia.