skorsepakbola – Manchester United dikenal sebagai salah satu klub sepak bola terbesar di dunia, dengan sejarah panjang yang dipenuhi gelar dan prestasi. Setelah masa kejayaan Sir Alex Ferguson, klub ini masih berjuang menemukan pelatih yang tepat untuk mengembalikan kejayaan tersebut. Erik ten Hag, yang didatangkan dari Ajax Amsterdam, awalnya dipandang sebagai sosok potensial yang bisa menghadirkan perubahan. Namun, seiring berjalannya waktu, terlihat bahwa gaya permainan MU di bawah asuhan Ten Hag tidak jelas, dan banyak yang mulai meragukan apakah ia benar-benar layak dipertahankan.
Gaya Bermain yang Tidak Konsisten
Sejak kedatangannya, Erik ten Hag mencoba menerapkan strategi permainan berbasis penguasaan bola, mirip dengan gaya tiki-taka ala Pep Guardiola. Namun, pelaksanaan taktik ini di lapangan tampak jauh dari kata sempurna. Gaya permainan MU di bawah Ten Hag terkesan ragu-ragu dan sering kali tidak konsisten dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Tidak ada pola permainan yang jelas, sehingga tim terlihat kebingungan saat berhadapan dengan lawan yang lebih terorganisir.
Tidak seperti di Ajax, di mana Ten Hag memiliki pemain yang sudah terbiasa dengan filosofi permainan berbasis penguasaan bola, di MU ia menemui kendala dalam menanamkan gaya permainan yang sama. Beberapa pemain MU bahkan terlihat kebingungan dengan peran yang mereka mainkan, dan perubahan formasi yang sering dilakukan Ten Hag semakin menambah kebingungan di dalam tim.
Kurangnya Penekanan pada Permainan Menyerang
Selama beberapa dekade, Manchester United identik dengan permainan menyerang yang atraktif dan menghibur. Di bawah kepelatihan Sir Alex Ferguson, MU dikenal sebagai tim yang menyerang dengan intensitas tinggi dan mencetak banyak gol. Namun, di era Ten Hag, tim ini sering kali bermain dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan defensif, yang membuat banyak penggemar kecewa.
Ten Hag tampaknya lebih fokus pada penguasaan bola ketimbang mencoba mencetak gol secepat mungkin. Akibatnya, MU sering kali terlihat pasif dan kesulitan menciptakan peluang berbahaya. Bahkan ketika menghadapi tim-tim yang lebih lemah, United terkesan bermain tanpa urgensi, sehingga memudahkan lawan untuk menguasai permainan. Pendekatan seperti ini tidak sejalan dengan karakteristik permainan MU yang diinginkan penggemar.
Pemilihan Pemain yang Kontroversial
Selain taktik yang tidak konsisten, pemilihan pemain yang dilakukan Erik ten Hag sering kali mengundang kontroversi. Beberapa pemain utama justru lebih sering duduk di bangku cadangan, sementara pemain yang kurang berpengalaman atau yang sedang dalam performa buruk malah mendapat lebih banyak kesempatan bermain. berita bola Misalnya, Marcus Rashford yang pada musim sebelumnya menjadi andalan di lini depan, sering kali tidak tampil maksimal di bawah arahan Ten Hag.
Kebijakan ini memicu ketidakpuasan di kalangan pemain dan penggemar. Selain itu, beberapa pemain baru yang didatangkan oleh Ten Hag juga belum menunjukkan performa yang mengesankan, sehingga banyak yang meragukan apakah strategi transfernya benar-benar tepat untuk kebutuhan tim. Pemilihan pemain yang tidak konsisten ini menciptakan ketidakstabilan dalam tim, yang pada akhirnya berdampak pada performa tim secara keseluruhan.
Baca Juga :
Kehilangan Identitas Permainan
MU selalu dikenal dengan identitas permainan yang kuat, yang didasarkan pada kecepatan, intensitas, dan keberanian. Namun, di bawah asuhan Ten Hag, tim ini seakan kehilangan identitas tersebut. Gaya permainan yang diterapkan Erik ten Hag tidak mencerminkan karakter asli Manchester United, dan tim tampak bermain tanpa arah yang jelas.
Beberapa kali, pemain terlihat seperti tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menguasai bola, dan mereka sering kali kehilangan penguasaan bola di area berbahaya. Tidak adanya identitas permainan yang kuat membuat MU terlihat sebagai tim yang mudah dipatahkan strateginya oleh lawan. Hal ini semakin diperparah dengan kurangnya organisasi di lini tengah dan belakang, yang membuat tim rawan diserang balik.
Minimnya Keberanian dalam Mengambil Keputusan
Keputusan-keputusan yang diambil oleh Ten Hag dalam pertandingan seringkali dinilai terlalu hati-hati dan kurang berani. Ia cenderung lambat dalam merespons perubahan permainan, dan sering kali ragu-ragu dalam melakukan pergantian pemain atau mengubah taktik di tengah pertandingan. Sebagai pelatih, kemampuan untuk membaca permainan dan melakukan penyesuaian secara cepat sangatlah penting, terutama di kompetisi seketat Liga Inggris.
Kurangnya keberanian dalam mengambil keputusan membuat MU kerap kali gagal membalikkan keadaan ketika tertinggal. Erik ten Hag seolah lebih memilih untuk bermain aman ketimbang mencoba segala cara untuk memenangkan pertandingan. Mentalitas seperti ini tidak sesuai dengan semangat juang yang diharapkan oleh penggemar MU, yang terbiasa melihat tim mereka bermain dengan penuh semangat dan agresivitas.
Ketidakmampuan Membangun Keterhubungan Antar Pemain
Salah satu tugas utama pelatih adalah membangun sinergi antar pemain, sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik di lapangan. Namun, di bawah Ten Hag, pemain-pemain MU sering kali terlihat bermain secara individu, tanpa koordinasi yang jelas dengan rekan satu tim. Ini menunjukkan bahwa Ten Hag kesulitan menciptakan kekompakan dalam tim, yang sangat penting untuk membangun permainan yang solid.
Tidak adanya keterhubungan yang baik antar pemain membuat tim mudah dieksploitasi oleh lawan, terutama ketika menghadapi tim yang memiliki organisasi permainan yang baik. Tanpa kerja sama yang efektif di lapangan, sulit bagi MU untuk tampil konsisten dan mengembangkan gaya permainan yang jelas.
Krisis Kepercayaan Diri di Kalangan Pemain
Krisis kepercayaan diri menjadi masalah serius bagi MU di bawah asuhan Ten Hag. Banyak pemain yang terlihat bermain dengan keraguan dan kurang yakin dengan peran mereka di lapangan. Krisis ini mungkin disebabkan oleh ketidakpastian dalam taktik dan pemilihan pemain yang sering berubah-ubah. Kepercayaan diri yang rendah ini berdampak pada performa mereka, sehingga tim sering kali tampil di bawah performa ketika menghadapi tekanan.
Selain itu, kepercayaan diri yang rendah juga membuat pemain kurang berani mengambil risiko di lapangan, yang menghambat kreativitas dalam permainan. Tanpa kepercayaan diri yang kuat, sulit bagi MU untuk bermain dengan gaya yang atraktif dan efektif.