🔥🔥 Wajar jika El Clasico selalu memicu komentar pedas. Kali ini, mantan manajer Arsenal, Arsène Wenger, memberikan komentar paling tajam terhadap kemenangan Real Madrid 2-1 atas Barcelona. Menurutnya, pertandingan itu bukan hanya soal skor, tapi soal perbedaan kelas dan kematangan, ibarat duel “Pria Melawan Bocah”.
Real Madrid meraih kemenangan berkat gol dari dua bintang muda mereka, Jude Bellingham dan Kylian Mbappé. Dalam analisisnya, Wenger menyoroti pertahanan Barca yang kurang matang dan memuji habis kecerdikan para pemain Madrid. Mari kita bedah kritik keras dari The Professor!
Absennya Pemimpin Belakang Jadi Biang Kerok Kekalahan

skorsepakbola – Wenger secara spesifik menunjuk lini belakang Barcelona sebagai titik terlemah. Menurutnya, absennya sosok berpengalaman seperti Inigo Martinez sangat terasa. “Saya merasa kehilangan Inigo Martinez di lini belakang membuat mereka kehilangan sosok berpengalaman,” ujar Wenger.
Ia melanjutkan, “Hari ini terlihat bahwa pertahanan mereka menghadapi pemain seperti Mbappe tampak kurang matang dan berpengalaman.” Kritik ini didukung data. Rating pemain belakang muda Barca, Pau Cubarsí dan Eric García (yang handsball menyebabkan penalti Mbappe), memang rendah di laga itu. Faktanya, Cubarsí terlihat kesulitan menghadapi intensitas serangan balik Madrid yang cepat.
Tanpa Lewandowski dan Raphinha, Barca Kehilangan Kedewasaan
Wenger menilai masalah Barcelona meluas hingga lini depan. Absennya Raphinha dan Robert Lewandowski dianggap sangat memengaruhi kualitas serangan Blaugrana. “Barcelona, tanpa Raphinha dan Lewandowski, tampak tidak cukup dewasa dalam momen-momen penting El Clásico,” tambahnya.
Sebagai gantinya, Barcelona mengandalkan Fermin Lopez, yang memang mencetak gol penyama (1-1), dan Ferran Torres yang tampil tumpul. Wenger menekankan bahwa dalam duel sebesar El Clasico, tim membutuhkan pemain dengan kelas istimewa yang mampu membuat perbedaan—sesuatu yang sayangnya tidak dimiliki Barca di hari itu.
Pujian Setinggi Langit untuk Bellingham dan Kecerdikan Mbappe

Wenger memberikan pujian setinggi langit untuk pelatih Real Madrid, Xabi Alonso, yang mampu menyeimbangkan tim dengan luar biasa. “Xabi Alonso menyeimbangkan timnya dengan luar biasa hari ini. Secara keseluruhan, saya bisa katakan pertandingan ini terasa seperti ‘men versus boys’ dalam beberapa aspek,” ungkapnya.
Soal penampilan Kylian Mbappé, Wenger memuji instingnya. “Apa yang dilakukan Mbappé? Ia hanya menunggu momen, terus berlari di belakang bek tengah, dan akhirnya mencetak gol. Ia tahu bagaimana membaca situasi dan meminta bola di waktu yang tepat,” jelas Wenger. Namun, ia juga menyoroti kontribusi Jude Bellingham. Bellingham memberikan umpan through ball yang luar biasa untuk gol pertama Mbappe. Bagi Wenger, Bellingham menunjukkan kualitas kelas dunia. “Kelas istimewa itulah yang memberi kemenangan dalam pertandingan besar,” pungkasnya.
Analisis Data: Madrid Efisien, Barca Steril
Analisis statistik penuh pertandingan memperkuat argumen Wenger. Madrid jauh lebih efisien dan mematikan dalam transisi. Meskipun Barcelona menguasai bola 68% dan akurasi passing 90% (statistik half-time), Madrid unggul dalam Expected Goals (xG) 2.24 berbanding 0.62. Artinya, peluang Madrid lebih berkualitas dan nyata.
Madrid mencatatkan 21 tembakan total (dengan 9 on target), sementara Barca hanya 13 (6 on target). Madrid berhasil memenangkan El Clasico ini tidak dengan gaya tiki-taka, melainkan dengan direct football yang efisien, matang, dan brutal dalam serangan balik. Kekalahan ini mencerminkan kematangan, kecerdikan, dan mental juara yang membedakan Madrid dari rival abadinya.
Vinicius Marah dan Keributan Usai Laga
Drama El Clasico tidak hanya berhenti saat peluit panjang. Faktanya, keributan kecil pecah di lorong pemain setelah pertandingan usai. Vinicius Junior, yang sempat marah saat ditarik keluar oleh Xabi Alonso, terlihat berkonfrontasi dengan beberapa pemain dan ofisial Barcelona. Peristiwa ini menyoroti tingkat emosi dan frustrasi yang Barcelona alami setelah kekalahan. Di lain pihak, Vinicius, meski ngambek ditarik keluar, tampil luar biasa dengan sumbangan assist untuk gol penentu. Kematangan emosional jelas menjadi PR besar bagi skuad muda Blaugrana.
Madrid Melaju, Xabi Alonso Lanjutkan Tren Positif
Kemenangan 2-1 ini sangat berarti bagi Real Madrid. Pasalnya, mereka berhasil mengakhiri rentetan kekalahan yang mereka alami dari Barcelona musim lalu. Kemenangan ini sekaligus mengukuhkan posisi Madrid di puncak klasemen LaLiga dengan 27 poin, unggul lima poin dari Barcelona di posisi kedua. Tentu saja, ini menjadi awal yang sangat baik bagi Xabi Alonso dalam upaya merebut gelar juara LaLiga. Ini membuktikan bahwa strategi peremajaan tim Los Blancos berjalan sukses total.
