Ten Hag : Mengenang Dua Trofi dan Pembelian Terburuk untuk MU

ten Hag

skorsepakbola – Erik ten Hag, pelatih asal Belanda yang kini menangani Manchester United (MU), meninggalkan jejak penting dalam sejarah klub ini. Meski masa kerjanya belum lama, dampaknya sudah cukup terasa dengan berbagai keputusan taktis dan strategi transfer yang ia terapkan. Dalam perjalanannya bersama MU, Erik ten Hag dikenal sebagai pelatih yang ambisius dengan fokus pada keberhasilan tim di kompetisi domestik dan Eropa. Ia berhasil mempersembahkan dua trofi penting yang mengangkat nama klub, meski beberapa keputusan transfernya juga memicu kritik. Di bawah ini, kita akan mengenang Erik melalui dua trofi yang ia persembahkan untuk MU dan dua pembelian yang justru dianggap mengecewakan.

skorsepakbola

Dua Trofi Penting untuk MU

  1. Piala Liga Inggris (Carabao Cup)

Salah satu pencapaian terbesar Erik ten Hag adalah kemenangan di Piala Liga Inggris atau Carabao Cup. Trofi ini penting bukan hanya sebagai penambah prestasi MU, tetapi juga sebagai tanda kembalinya MU ke jalur juara setelah periode yang kurang stabil. Dalam perjalanan menuju kemenangan, MU menunjukkan permainan solid dengan strategi yang efektif di bawah arahan ten Hag. Kemenangan di Piala Liga Inggris menjadi trofi pertama yang diraih MU dalam beberapa tahun terakhir, yang juga membantu mengangkat moral dan semangat para pemain serta penggemar.

Keberhasilan meraih trofi ini memberikan angin segar bagi para penggemar yang sudah lama menantikan momen kejayaan MU. Ten Hag berhasil membangun skuat yang penuh semangat juang dan mampu tampil konsisten di kompetisi ini. Banyak yang melihat kemenangan ini sebagai langkah awal kebangkitan MU di bawah kepemimpinan Erik. Tak hanya itu, trofi Piala Liga Inggris ini menjadi modal penting bagi pelatih asal Belanda tersebut untuk mendapatkan kepercayaan dari manajemen dan fans, sekaligus menegaskan posisinya sebagai pelatih yang mampu membawa MU kembali ke jalur kemenangan.

  1. Community Shield

Meski bukan trofi utama, kemenangan di Community Shield juga menjadi salah satu pencapaian penting ten Hag selama melatih MU. Community Shield biasanya dianggap sebagai ajang pembuka musim dan lebih bersifat simbolis. Namun, bagi MU dan ten Hag, kemenangan ini memiliki makna yang lebih dari sekadar simbol. Kemenangan di Community Shield menunjukkan kesiapan MU untuk bersaing di level atas, sekaligus memberi sinyal bahwa tim ini sedang berkembang di bawah kepemimpinan ten Hag.

Community Shield adalah ajang yang mempertemukan juara liga dengan juara piala domestik, sehingga persaingannya cukup ketat. MU yang tampil meyakinkan dalam laga ini berhasil mengangkat trofi setelah melalui pertarungan yang sengit. Bagi ten Hag, kemenangan ini bukan hanya soal trofi, tetapi juga soal kepercayaan diri dan mentalitas juara yang ingin ia bangun di MU. Community Shield menjadi langkah penting bagi ten Hag dalam membentuk tim yang mampu menghadapi tekanan dan tantangan dari tim-tim besar lainnya.

Baca Juga :

Dua Pembelian Terburuk Erik ten Hag

Namun, meski sukses di lapangan, tak semua keputusan ten Hag berbuah manis. Beberapa pembelian pemain justru mendapat kritik dan dianggap sebagai keputusan yang tidak tepat. Berikut dua pembelian yang dianggap kurang sukses selama kepemimpinannya.

  1. Antony

Antony, pemain sayap asal Brasil yang dibeli dari Ajax dengan harga fantastis, adalah salah satu pembelian yang mendapat banyak sorotan. Kedatangannya diharapkan mampu meningkatkan kreativitas dan daya serang MU di sisi sayap, mengingat Antony memiliki kecepatan dan kemampuan dribbling yang diandalkan di Ajax. Sayangnya, performanya di MU tidak sesuai dengan ekspektasi. Antony sering kali terlihat kesulitan untuk beradaptasi dengan intensitas dan gaya permainan Premier League.

Dengan banderol harga yang tinggi, ekspektasi penggemar dan manajemen terhadap Antony sangat besar. Namun, dia sering kali gagal menunjukkan konsistensi di lapangan. Beberapa kritik menyebutkan bahwa gaya permainannya terlalu egois dan kurang efektif dalam membantu tim. Selain itu, Antony juga dianggap kurang adaptif terhadap taktik yang diterapkan ten Hag, yang membuat kontribusinya di lapangan tidak optimal. Banyak yang merasa bahwa dana besar yang dikeluarkan MU untuk merekrut Antony seharusnya bisa dimanfaatkan lebih baik untuk mendatangkan pemain lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan tim.

  1. Wout Weghorst

Wout Weghorst adalah pemain lain yang menjadi pembelian kontroversial di era Erik. Datang dengan harapan sebagai solusi di lini depan MU, Weghorst justru gagal menunjukkan performa yang memuaskan. Weghorst dikenal sebagai pemain bertubuh besar dengan kemampuan fisik yang kuat, dan ia diharapkan bisa menjadi target man yang baik di lini depan. Namun, kenyataannya Weghorst justru kesulitan untuk mencetak gol dan jarang berkontribusi secara signifikan dalam serangan MU.

Kehadiran Weghorst membuat banyak penggemar bertanya-tanya tentang kebijakan transfer MU. Beberapa analis berpendapat bahwa Weghorst bukanlah tipe pemain yang cocok dengan gaya permainan yang diterapkan ten Hag. Kecepatannya yang terbatas dan ketidakmampuannya dalam menahan bola membuatnya sulit untuk berfungsi sebagai pemain inti di Premier League. Banyak yang beranggapan bahwa transfer Weghorst adalah sebuah langkah yang terburu-buru dan tidak tepat, yang berujung pada performa yang mengecewakan di lapangan.

Refleksi dan Pembelajaran dari Era Ten Hag

Menggabungkan pencapaian dengan kegagalan adalah hal yang wajar dalam sepak bola. Bagi ten Hag, dua trofi yang telah diraihnya bersama MU adalah bukti kemampuan taktik dan manajemen tim yang baik. Namun, keputusan transfer yang kurang tepat juga menjadi catatan penting dalam perjalanan karirnya di MU. Keputusan untuk mendatangkan Antony dan Weghorst memberikan pelajaran bagi Erik dan manajemen MU agar lebih berhati-hati dalam merekrut pemain, terutama dengan dana besar yang dikeluarkan.

Perjalanan ten Hag bersama MU masih panjang, dan banyak harapan yang tersimpan pada sosok pelatih asal Belanda ini. Dengan dua trofi yang telah ia persembahkan, Erik menunjukkan potensi untuk membawa MU kembali ke jalur juara. Namun, ia juga perlu belajar dari keputusan transfer yang dianggap tidak efektif agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dr. Arjuna Pratama memulai karirnya sebagai penulis sejak masih di bangku kuliah. Dengan gaya penulisan yang memadukan keindahan bahasa dan kedalaman emosi, karya-karyanya selalu berhasil menyentuh hati para pembaca.