skorsepakbola – Piala Dunia Qatar 2022 akan tampilkan tiga wasit wanita, tapi ini bisa menjadi pertamanya kali seorang wasit wanita akan bertanggungjawab atas acara epik seperti itu.
Lalu siapa tiga wasit wanita yang turut serta di Piala Dunia 2022?
Stephanie Frappart (Prancis), Salima Mukansanga (Rwanda) dan Yoshimi Yamashita masuk ke daftar 36 wasit untuk Piala Dunia 2022 di Qatar. Katherine Nesbitt dari Meksiko dan Amerika Serikat.
“Saya mengharap wanita bisa mengalami perkembangan dalam olahraga seperti ini.
“Sepak bola (dalam soal keterlibatan wanita) masih mempunyai jalan panjang di Jepang, jadi saya mengharap kami bisa memakai ini untuk mempromokan keterlibatan wanita dengan lain, tidak cuma sepak bola dan olahraga,” sambungnya.
FIFA sudah umumkan pemilihan tiga wasit wanita dan tiga pendamping wasit wanita untuk Piala Dunia 2022 di Qatar tahun akhir ini.
Stephanie Frapert adalah dari 6 pertahanan Qatar pada Piala Dunia 2022. Ini sudah diperlihatkan di kwalifikasi Piala Dunia, Liga Champions, final Piala Dunia Wanita 2019, dan yang terkini ialah Piala Prancis Mei kemarin.
Presiden Komisi Wasit FIFA Pierluigi Collina menjelaskan: “Seperti umumnya, standard yang kami pakai ialah kualitas paling tinggi dan wasit yang diputuskan sebagai wakil wasit terbaik di dunia.
“Dengan langkah ini, kami menegaskan jika kualitas lebih bernilai dibanding gender,” sambungnya mengenai pengangkatan putri untuk Piala Dunia 2022.
Jumpai Stephanie Frappart
Stephanie Frapert mengawali kariernya sebagai wasit professional di tahun 2009. Pemain berumur 38 tahun itu selanjutnya mendapatkan peluang jadi wasit Ligue 2 Prancis pada 2014, pada akhirnya pimpin tanding di Ligue 1 Prancis.
Pada 28 April 2019, Strategi Pimpinan Ligue 1 Prancis pimpin laga SC Amiens versus RC Strasbourg.
Selainnya Stephanie Frapert, dua wasit wanita yang masih ada untuk Piala Dunia 2022 ialah Salima Mukansanga dari Rwanda dan Yoshimi Yamashita dari Jepang.
Di lain sisi, dari 69 pendamping wasit yang bekerja jaga, tiga salah satunya ialah pendamping wasit wanita. Ke-3 nya ialah Neuza Back dari Brazil, Karen Diaz Medina dari Mexico dan Kathryn Nesbitt dari Amerika Serikat.
“Di depan, saya mengharap penyeleksian pemain putri di persaingan penting sepakbola putra jadi hal yang umum, bukan spektakuler,” kata Corinna.
Pierluigi Collina mengutarakan apa factor paling penting ketika menentukan wasit untuk Piala Dunia.
Menurut dia, hal tersebut seperti dipilih sebagai performa yang stabil saat pimpin.
“Mereka secara stabil bermain di tingkat yang tinggi sekali dan mereka patut ada di Piala Dunia karena mereka ialah aspek khusus untuk kami.
Sebagai seorang anak, Frapert jadi tertarik dengan sepak bola dan coba jadi pemain.
“Saya sedang main sepak bola di dalam rumah di Val d’Oise. Selanjutnya sekitaran jam 13.00 sampai 14.00 saya jadi tertarik sama ketentuan mainnya,” ucapnya ke media massa Prancis L’Express tahun 2014. sampai Desember 2020).
Frappart pertama kalinya pelajari ketentuan sepak bola saat remaja dan betul-betul menikmatinya.
Menurut dia, jadi wasit lebih melawan dan memberi pengalaman baru.
“Lalu saya segera mulai bermain permainan wasit. Saat saya berumur 18-20, saya harus pilih di antara sepak bola dan wasit,” ucapnya.
Salima Mukansanga jadi perhatian sesudah dikukuhkan sebagai salah satunya wasit wanita yang cetak gol di Piala Dunia 2022 di Qatar.
FIFA sudah pilih keseluruhan 36 wasit
FIFA sudah pilih keseluruhan 36 wasit menjadi wasit Piala Dunia 2022 di Qatar. Menariknya, akan ada beberapa wasit wanita yang berperan serta di Piala Dunia ini kali.
Salima Mukansanga adalah wasit wanita yang pimpin laga Piala Dunia Qatar 2022. Profesi Salima Mukansanga sebagai wasit sepak bola mulai jadi headline di Piala Afrika 2021.
Dalam prestasinya, Salima membuat riwayat sepak bola Afrika dengan jadi wasit wanita pertama di Piala Afrika.
Pada Piala Dunia 2022 Qatar, pria Rwanda itu akan tergabung dengan 2 wanita, Yoshimi Yamashita dari Jepang dan Stepafin Frapert dari Prancis.
Pendamping wasit wanita ialah Nuza Back dari Brazil, Kathryn Nesbitt dari Amerika Serikat dan Karen Diaz Medina dari Mexico.
Penyeleksian wasit wanita untuk Piala Dunia Qatar 2022 sudah lewat proses yang panjang, menurut Pierluigi Collina, presiden komite wasit FIFA. Ia ingin persaingan sepak bola elit dunia stop memakai wasit wanita.
“Ini ialah proses panjang yang diawali beberapa tahun kemarin dengan peletakan wasit wanita di kompetisi junior dan senior pria FIFA,” kata Collina.
“Maka ini terang memperlihatkan jika kualitas itu wajib, bukan gender.”
“Di depan, saya mengharap penyeleksian pemain elit wanita untuk berkompetisi di persaingan penting pria akan biasa saja dibanding spektakuler.”
“Mereka selalu bermain di tingkat yang tinggi sekali, jadi mereka patut ada di Piala Dunia FIFA dan itu sebagai aspek khusus untuk kami,” sambungnya.
Awalnya, Salima pimpin laga di gelaran berprestise di luar Piala Afrika, yaitu Piala Dunia Wanita dan Liga Champions Wanita Afrika.
Pemain berumur 33 tahun ini benar-benar disegani oleh beberapa olahragawan sebagai wasit, dan kariernya terhitung bersaing di Olimpiade Tokyo 2022.
Ke-3 nya jadi wasit laga putra saat sebelum lakukan kiprah Piala Dunia di Qatar. Frappart dapat disebut yang terpopuler, mencakup kwalifikasi Piala Dunia dan Liga Champions Prancis.
Tuan Yamashita sudah jadi wasit di beberapa liga putra Jepang, Liga Champions Pria Asia, dan Olimpiade Tokyo tahun kemarin.
Menurut Yamashita, ketidaksamaan di antara laga putra dan putri sudah pasti berada pada kecepatannya. Tetapi, ada beberapa pemain yang dapat mendahului.
“Ini kecepatan, tetapi tidak cuma kecepatan beberapa pemain. Tidak cuma kecepatan permainan.
Lantas ada depresi, tingkatan paling besar, dan perhatian mendekati Piala Dunia.
“Sudah pasti, saya berpikir tekanannya besar dan tanggung jawabannya besar.
Awalnya tahun ini, Mukansanga ialah wanita pertama kali yang jadi wasit laga Piala Afrika, pimpin team wasit yang semua wanita.
Pierluigi Collina, ketua Komisi Wasit FIFA, benarkan jika ke-3 nya diputuskan berdasar syarat khusus mereka: kualitas.
Pierluigi Collina, ketua Komisi Wasit FIFA yang turut serta dalam final Piala Dunia 2002, menjelaskan:
“Dengan langkah ini, kami menegaskan jika yang perlu untuk kami ialah kualitas, bukan gender.